Catatan Depresi

Segala sesuatu bicara tampa batas.,mengejek di ujung ruangan penuh desahan.

Air-air tertawa dan sembari menari membekukan setiap tulang penuh darah.

Ada sepasang mata menggelengkan kepala dan sesekali tersenyum.

Gila…

Marah…

mencambuki diri dengan sebilah pisau namun masih saja bernapas.

Hening…

bercakap dengan tembok-tembok penuh haru..

Tangis melengking sesekali tertawa dalam pekat malam.

berlari tampa ada yang mengejar..

Pekat….

Kedua pasang biji mata seakan berdarah penuh ratapan.

Tak ada yang melihat ataupun mendengar

Meski hati tahu sosok yang melihat.

Aku….

Jatuh…

Gagal….

Ditolak…

Asing..

Aneh….

Sendiri….

teriak-teriak tulang-tulang semakin memanas.

Ya,sudah….

habisi saja diriku…

Patahkan lagi tulangku…

Tinggalkan ku sendiri…

Siapa kau?

Bantu aku!!

Aku lelah dengan hariku..

Aku hilang dan ingin mati.

Sembari goresan itu mencekik sepasang tangan..

Dan darah mengalir seperti mata air yang tumbuh di tanah yang gersang..

Namun masih saja bernapas.

Mengapa aku masih hidup?.

Ada AKU…

Siapa Engkau?

Aku yang kau kenal….

Kemarilah….

 

pagi….

mulai lagi….

ya,,aku masih ingin mati.

 

 

 

 

Jakarta,02 April 2019b6rokweetdlcq1dr9bti

Diterbitkan oleh Clarati Bunda

Seorang wanita pengagum senja dan pengagum kata dalam balutan teduhnya segelas kopi. suka menulis,membaca,fotografi dan mendaki gunung. menulis baginya adalah salah satu cara untuk mencintai Tuhan.

Tinggalkan komentar